[TENTANG BUKU] Jalan Pulang - Jazuli Imam




Buku ini adalah sekuel dari Pejalan Anarki. Masih menempatkan El dan Sekar sebagai dua tokoh utama. Tentang keinginan Sekar untuk bertemu kembali dengan El yang telah entah. Di buku ini, ada satu tokoh bernama Eliza yang mengabdikan dirinya mengajar di pedalaman Papua. Eliza kemudian bertemu dengan Lana yang kemudian membuatnya banyak belajar tentang hal-hal yang dilupakan banyak manusia. Semisal, Lana mengajarkan kepada anak-anak kecil di tempat itu untuk menganggap pohon sebagai anak. Sehingga mereka betul-betul merawat anak (pohon) yang sudah mereka namai masing-masing. Persis seperti yang dilakukan El. 
.
Sepeninggal El, Sekar masih melakukan aktivitas-aktivitas yang El ajarkan dulu. El tidak pernah hilang dari kepala, naluri dan hati perempuan yang dulu sangat memegang peranan penting di kampusnya. Mendaki gunung, memberi makan orang-orang yang kelaparan, merawat pohon, tidak membeli air minum kemasan dan hal-hal lain yang El sekali.
.
Di buku ini, banyak bercerita tentang perjuangan Sekar mencari El. Sekar mencari dan terus mencari. Bahkan, meninggalkan Rama yang sepeninggal El berusaha untuk menggantikan posisi lelaki yang sangat Sekar cintai dan hargai itu. 
.
Bagi saya sendiri, pun El seperti benar-benar hidup. Membaca buku kedua ini masih memberi pelajaran dan pukulan telak bagi kehidupan saya yang masih banyak merusak apa-apa. Tidak berniat spoiler, hanya ingin berbagi. Jika kalian penasaran tentang kisah El dan Sekar silakan baca buku ini. Tapi, baca dulu Pejalan Anarki agar tidak tersesat jika membaca Jalan Pulang. Dan dua buku karangan Jazuli Imam ini berhasil membuat saya tidak bisa move on. Bahkan sudah dibaca beberapa kali pun masih ingin saya membaca kembali. Panjang umur untuk semua hal-hal baik yang El ajarkan kepada saya dan pembaca yang lain.

Untuk dikenang, saya mencatat beberapa kutipan dari buku ini yang mampu membuat saya baper dan menganggukkan kepala, di antaranya adalah :
.
“Bekal terbaik adalah kesederhanaan. Orang bisa pergi ke manapun, mencari, menjadi, dan/atau mendapatkan apapun. Tapi tanpa merawat kesederhanaan itu, ia tak pernah bisa (benar-benar) pulang” h. 1
.
“…matahari tidak akan menunda tenggelamnya hanya untuk kita” h. 9
.
“Hujan dan benda-benda yang menyimpan kenangan adalah perkawinan yang sempurna” h. 18
.
“Salah satu cara Tuhan untuk pamer adalah ya dia menciptakan Segara Anak, Ranu Kumbolo, Jogja, Bandung, dan kamu” h. 19
.
“Sekali lagi, Kejahatan dan kesia-siaan ada sebab manusia tidak sibuk dengan kopi, buku dan cinta” h. 59
.
“Mereka memberi kita hiburan-hiburan yang dangkal dan banal, sebab mereka takut kita menghabiskan waktu untuk buku-buku” h. 79
.
“Orang-orang desa berbahagia sebab mereka membahagiakan yang lainnya. Orang-orang kota berbahagia sebab mereka tidak memikirkan yang lainnya” h. 89
.
“Bersepeda adalah satu dari beberapa cara mengejek dunia” h. 115
.
“Sebab tahu, sayang? Kalau hidup cuma soal lahir, punya nama, dan mati, itu anak kucing kita yang kemarin mati terlindas truk semen di jalanan baru kan juga sempat hidup. Tapi apa iya, Tuhan seiseng itu tentang penciptaan kita, manusia?” h. 150
.
“Kebahagiaan adalah sesuatu yang merdeka” h. 153
.
.
.
.
Kutipan lainnya ya kalian baca sendiri dong, tidak mungkin dong saya spoiler, haha. Salam literasi, kawan-kawannya Fatiah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[TENTANG BUKU] Kutipan dari Novel Pejalan Anarki

[TENTANG BUKU] Namaku Alam - Leila S. Chudori

[TENTANG BUKU] Hijrah Jangan Jauh-jauh Nanti Nyasar! - Kalis Mardiasih