[TENTANG BUKU] : Literasi Kesehatan (Pendekatan dan Penanganan Covid-19 dari Berbagai Disiplin Ilmu)
Identitas Buku
Judul : Literasi Kesehatan
(Pendekatan dan Penanganan Covid-19 dari Berbagai Disiplin Ilmu)
Penulis :
-
Hartono
Tasir Irwanto
-
Syafri
Arifuddin Masser
-
Fiqram
Iqra Pradana
-
Muhammad
Albar
-
Naasih
El Ibaad Abhal
Penerbit :
Resensi Insitute
Jumlah halaman : 59
Edisi pertama : November 2020
Penyunting : Hartono Tasir Irwanto
ULASAN
Buku ini lahir dari bacaan para
penulis yang relevan dengan masalah saat ini, yaitu wabah Covid-19. Ringkasnya dapat
dikatakan bahwa satu buku ini memuat banyak buku lain. Terdapat 10 resensi buku dari lima orang
resentor dalam buku setebal 59 halaman ini yang dapat dijadikan rujukan penanganan
Covid-19 dari berbagai disiplin ilmu. Enam di antaranya diresensi oleh Hartono
Tasir Irwanto yang juga merupakan Founder dari Resensi Institut. Dari kesepuluh
resensi buku tersebut, penanganan Covid-19 yang dapat dilakukan dari berbagai disipilin
ilmu adalah :
Kesehatan / Medis
1. Tindakan pencegahan secara pribadi seperti
mencuci tangan sesering mungkin, tutup hidung ketika bersin, tidak menyentuh wajah,
olahraga teratur dan makan dengan gizi seimbang.
2. Menaati hukum pemerintah untuk di
rumah saja dan mengikuti petunjuk tenaga medis karena merekalah yang berada di
garda terdepan melawan virus ini.
3. Meminimalisir konsumsi makanan sampah
atau junk food. Semua makanan mengandung
nutrisi. Namun dalam proses pengelolaannya kemudian menjadikan makanan tersebut
kehilangan nutrisinya atau menjadi makanan sampah.
4. Menyeleksi makanan hewani yang masuk ke
dalam tubuh karena salah satu penyebab kematian tertinggi berasal dari virus
yang awalnya diidap oleh hewan seperti flu burung, flu babi dan antrax.
Sehingga disarankan untuk mengonsumsi daging dari peternak tradisional, bukan dari
peternak pabrik.
5. Menumbuhkan kesadaran lingkungan yang
tinggi
Geopolitik dan Ekonomi
Untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan dalam kedua aspek ini, Mardigu menyarankan
agar :
1.
Lockdown, yang di awal kemunculan virus ini,
pemerintah kita telah menyepelekannya
2.
Meminta
bantuan internasional agar utang luar negeri tidak terlalu banyak. Namun,
lagi-lagi karena pemerintah kita yang acuh, maka saran yang diajukan oleh Mardigu
ini sangat terlambat dilakukan.
3.
Memperkuat
sistem kesehatan Nasional
4.
Menyalurkan
Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Sosio-Politik
Covid-19 menurut Zizek adalah dampak dari kapitalisme. Manusia telah mengambil
banyak dari alam. Kegiatan-kegiatan manusia ini kemudian mengakibatkan wabah keluar
dari hutan dan menyerang hewan hingga akhirnya sampai pada manusia itu sendiri sebagai
penyebab awal keluarnya virus tersebut. Zizek kemudian menawarkan komunisme sebagai
cara untuk lepas dari jeratan virus yang diakibatkan oleh kapitalisme ini dengan
tujuan menumbuhkan solidaritas global. Tetap waspada, tapi jangan panic. Bagi kita
virus itu berbahaya, tapi bagi alam manusialah virusnya.
Melawan Virus dengan
Isi Kepala Ibu Siti Fadilah
Ibu Siti Fadilah
adalah mantan menteri kesehatan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di
masanya, wabah yang melanda Indonesia adalah flu burung. Masalah yang ia hadapi
saat itu ialah tidak adanya transparansi WHO yang tanpa sepengetahuan Indonesia
menjual sampel virus Flu Burung Strain Indonesia pada beberapa perusahaan di Negara
maju dan menjualnya secara komersial dengan harga mahal kepada Negara miskin dan
berkembang. Untuk itulah Ibu Siti Fadilah menyuarakan :
1.
Tidak
boleh ada lagi eksploitasi manusia atas manusia dalam dunia kesehatan
2.
Tidak
boleh ada lagi sistem yang membiarkan penumpukan modal dengan menjual vaksin ke
negara-negara miskin dan berkembang.
Pebandingan Penanganan Wabah
Hindia-Belanda dengan Indonesia
Tahun 1918
Hindia Belanda dilanda pandemi influenza. Di zaman kolonial tersebut pemerintah
Hindia Belanda juga melakukan penanganan-penanganan kasus pandemi ini.
Perbedaan penanganan pandemi antara Hindia Belanda dengan Indonesia adalah :
1.
Pemerintah
tertinggi di Hindia Belanda memberikan otoritas penuh kepada dinas kesehatan sebagai
pihak yang dianggap paling paham persoalan. Berbeda dengan di Indonesia yang
juga melibatkan institusi-institusi lain dalam penanganan kasus pandemi
covid-19.
2.
Pemerintah
Hindia Belanda sangat focus terhadap virus sehingga melakukan langkah-langkah preventif
seperti menutup pelabuhan secara total sebagai pusat arus lalulintas kala itu
yang menjadi episentrum penyebaran wabah influenza. Sedangkan Pemerintah
Indonesia memiliki fokus lain yaitu ekonomi negara, sehingga kita dibentuk seolah-olah
harus berdamai dengan keberadaan virus covid-19.
3.
Pemerintah
Hindia Belanda membentuk tim penanganan wabah dan menetapkan sebuah undang-undang
yang disebut dengan Influenza Ordonnantie yang apabila rakyat melanggar hokum tersebut
maka akan dikenakan hokum pidana. Di Indonesia sendiri tidak ada hukum yang
benar-benar mengikat jika terjadi pelanggaran. Hanya sebatas hukuman seperti membersihkan
fasilitas umum jika pengendara motor terkena razia masker.
Nasehat Agama tentang
Covid-19
Menurut Quraish
Shihab, Covid-19 ini bukanlah azab melainkan musibah berupa ujian yang menuntut
kita untuk sabar dan tabah menghadapinya, juga dapat dianggap anugrah yang
perlu kita syukuri keberadaannya. Dengan adanya wabah ini, seharusnya lebih mendekatkan
diri kita kepada Allah Swt, apalagi ibadah tidak mesti dilakukan di masjid yang
sebelum adanya wabah banyak orang yang malas dating ke masjid. Ada juga ulama
yang beranggapan bahwa virus ini adalah tentara Allah. Padahal, tentara Allah
adalah sesuatu yang baik, sementara virus ini adalah penyakit yang mesti dilawan.
Kekurangan dan Kelebihan
Buku Ini
Membaca buku ini seperti membaca semua buku yang diresensi oleh para
resentor. Bahasa yang digunakan padat sehingga mudah dipahami. Meski masih banyak
yang salah ketik atau huruf yang kurang.
Komentar
Posting Komentar