[TENTANG BUKU] As Long As The Lemon Trees Grow - Zoulfa Katouh

 


Novel ini ku beli karena seorang teman merekomendasikannya sebagai satu dari banyak novel sangat viral di TikTok. Karena penasaran aku akhirnya membelinya. Dan wahnya adalah aku berhasil menyelesaikan novel yang tebalnya sekitar 480 halaman ini hanya dalam waktu seminggu. Suatu pencapaian yang luar biasa menurutku di tahun ini dalam hal baca buku tentunya.

Revolusi Suriah yang terjadi pada Maret 2011 hingga Juni 2012 memicu terjadinya perang saudara di negara tersebut. Aksi pembunuhan massal, penembak jitu ada dimana-mana, pemerkosaan, bom berjatuhan, serangan kimia telah merenggut banyak nyawa bahkan bayi baru lahir sekalipun. 

Zulfa Katouh seorang penulis berkebangsaan Suriah yang tinggal di Kanada dan sangat mengidolakan boyband BTS ini berhasil menyusun cerita dalam sebuah novel yang menggambarkan kepada dunia konflik yang terjadi di negara asalnya. Adalah Salama yang ia tuliskan sebagai tokoh utama dalam novel ini, seorang mahasiswa farmasi yang ceria dan cantik. Hidup dari keluarga yang utuh degan kakak seorang calon dokter (Hamza) dan iparnya yang seorang seniman sekaligus sahabatnya sejak kecil (Layla). Tapi revolusi telah merenggut bahagia yang ia miliki. 

Ia kehilangan Mama, Baba, Hamzah juga Layla. Satu-satunya jalan untuk bertahan adalah menjadi apoteker terakhir di Homs (daerah asalnya). Tapi ia tidak lagi hanya menjadi apoteker, ia turut terjun membedah para korban di bawah arahan Dr. Ziad. Dari semua kejadian yang ia alami di hidupnya, rasa kehilangan, berkali-kali hampir mati menciptakan trauma di kepalanya. Trauma dalam bentuk Khawf, kecemasan dan ketakutan yang dimunculkan oleh otaknya sendiri dalam wujud manusia yang hanya ia bisa melihatnya. Khawf barangkali semacam alter egonya Salama. Bagiku Khawf ini walaupun dia adalah akumulasi dari rasa takut tapi sangat berpengaruh penting dalam hidup Salama terutama saat ia merasakan putus asa ataupun mengurungkan niatnya untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Khawf muncul kadang memperlihatkan kepada Salama kenangan masa lalunya, tentang keluarganya. Kadang pula Khawf juga muncul untuk memperlihatkan kepada Salama masa depan yang akan terjadi sebagai akibat dari keputusan yang diambilnya. 

Salama yang hampir setiap jam menyaksikan bagaimana kematian menari-nari di sekelilingnya, rasa putus asa selalu menggerogoti badannya yang kian kurus, halusinasi yang selalu ia rasakan, dari semuanya itu muncul satu harapan, Kenan. Laki-laki yang seharusnya melamarnya di hari pecahnya revolusi. Dari Kenan ia kembali memiliki semangat untuk hidup menunaikan janjinya kepada keluarganya. Salama dan Kenan adalah bukti bahwa cinta bahkan bisa tumbuh di tengah-tengah konflik dengan resiko harus dihadapkan pada banyak pilihan, tetap tinggal dan mempertahankan tanah air atau keluar dari Suriah menyelamatkan hidup. 

Di novel ini ada banyak kengerian yang akan membuat kita membayangkannya. Saat Salama berhadapan dengan pasien, berjalan keluar dari rumah menuju rumah sakit dengan resiko di sekelilingnya banyak penembak jitu, aksi demonstrasi yang akan selalu memakan korban jiwa, perlakuan para militer yang biadab, anak-anak yang mati akibat serangan kimia, dan juga saat Salama dan Kenan berada terombang-ambing di lautan selama pelarian. Novel ini akan menggambarkan kepada kita dan membuat kita bisa merasakan bagaimana hidup di tengah-tengah perang. Perang melawan negara sendiri. Seru sihh, pantas saja kalau ini menjadi best seller di banyak negara.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[TENTANG BUKU] Kutipan dari Novel Pejalan Anarki

[TENTANG BUKU] Namaku Alam - Leila S. Chudori

[TENTANG BUKU] Hijrah Jangan Jauh-jauh Nanti Nyasar! - Kalis Mardiasih