Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

[CERPEN] Bujung

Bujung [Oleh : Muhfatiah Muhdar] Aku tinggal di sebuah desa kecil yang hanya ada satu sekolah dasar, tidak ada sekolah SMP apalagi sekolah SMA, dan Universitas sangat mustahil ada di sini. Hal ini lantas membuatku jauh-jauh ke pusat kecamatan dari senin hingga sabtu demi menuntut ilmu. Di desaku banyak yang putus sekolah karena remaja sebayaku lebih memilih membantu orangtua mereka di kebun, ada juga yang membantu ibunya membuat golla mamea [1] . Amma’ ku [2] juga pembuat golla mamea , tapi amma’ tidak pernah memaksaku untuk putus sekolah agar dapat membantunya. Aku lebih sering membantu amma’ sepulang sekolah. Kami hanya tinggal berdua, ambe’ [3] meninggal ketika umurku baru dua tahun.             Setiap pagi, aku harus berjalan sejauh 1,5 km menuju jalan poros. Kendaraan umum tidak pernah sampai ke desaku. Mau tidak mau aku dan kawan-kawanku harus menguras keringat setiap pagi. Hal ini juga berlaku bagi rakyat ...

[OCEHAN] Dua Perjanjian Penting di Tanah Mandar

Kawasan Mandar dahulu dikenal dua organisasi besar kerajaan-kerajaan yang mendiami tanah mala'bi tersebut. Organisasi tersebut adalah Pitu Ulunna Salu dan Pitu Ba'bana Binanga . Pitu Ulunna Salu  terdiri dari tujuh kerajaan yang terletak di seputar hulu sungai (daerah pegunungan). Sedangkan Pitu Ba'bana Binanga  terdiri dari tujuh yang terletak di muara sungai.  Kedua organisasi besar ini kemudian mengadakan perjanjian yang terbagi menjadi dua yaitu perjanjian Tammajarra dan perjanjian Allamungan Batu di Luyo . Hal ini dilakukan untuk membangun kerjasama dan memperkuat pertahanan dan keamanan.  Perjanjian Tammajarra Isi perjanjian Tammajarra  dalam Bahasa Mandar : " Inggai para dipokedzoi kedzota, diposipa'sipa'ta, diposoei soeta. Para mellambami tau di petawung marorota, disesena panggauang namappatumballe' lita'. Inggaisiitaiangapiangang, tassitaiyang adzaeang, malilu sipaingarang, mara'ba sipatottong, manus separappe; dibuttu, d...

[OCEHAN] Bahasa Mandar sebagai Simbol Kelas Sosial

Bahasa seperti yang telah kita ketahui adalah suatu alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Termasuk bahasa daerah, digunakan oleh suatu etnis tertentu sebagai alat pemersatu dan juga alat komunikasi. Namun, siapa sangka jika ternyata bahasa juga dapat menjadi penanda kelas sosial seseorang. Seperti yang berlaku dalam Bahasa Mandar. . Dahulu, dikenal 6 jenis Bahasa Mandar yang dijadikan sebagai simbol kasta, yaitu : 1. Bahasa Hadat           Bahasa yang berlaku dikalangan bangsawan. 2. Bahasa Samar           Bahasa yang digunakan oleh golongan menengah atau masyarakat pada umumnya. 3. Bahasa Adzae            Bahasa yang digunakan oleh masyarakat kelas bawah. Bahasa rendah yang tidak mengikuti aturan dan etika ketata bahasaan Mandar. Asal mudah dipahami saja. 4. Bahasa Tomawuweng            Bahasa jenis ini digunakan oleh kalangan orangtua. 5. Bahasa Topanrita  ...

[TENTANG BUKU] Kutipan dari novel Buku Panduan Matematika Terapan

Buku ini bukan buku mata pelajaran matematika. Tapi sebuah novel yang ditulis oleh Triskaidekaman, merupakan buku pertama dari penulis. Berikut adalah kutipan dari buku ini, semoga bisa membuat pembaca blog saya juga berminat untuk membacanya. . "Hidup kadang seperti kurva parabola. Kamu menginginkan sesuatu. Kamu datang mendekat padanya dengan penuh harapan. Ternyata ia mengusirmu menjauh bahkan sebelum kamu bersentuhan dengannya" (hlm. 21). . "Satu adalah penanda kesetiaan. Bersama satu, satu-satunya, satu untuk selamanya; adalah simbol-simbol tak terceraikan yang tak lekang menghiasi berbagai epik terheroik hingga roman yang terpicisan. Manusia mendamba angka satu, dekat ataupun jauh dalam relung terdalam di jiwa masing-masing. Satu rasa, satu kesamaan, satu bentuk, satu irama, satu pasangan" (hlm. 48). . "Ulangtahun itu cuma kamuflase untuk merayakan mendekatnya seseorang ke kematian" (hlm. 51). . "Karena memilih itu lebih penting, lebih m...

[TENTANG BUKU] Kutipan dari Novel Pejalan Anarki

Novel karya Jazuli Imam ini berkisah tentang romantisme seorang mahasiswa bernama El dengan alam, rakyat kecil, kopi, teater, dan seorang mahasiswi bernama Sekar. Sebuah novel yang jika membacanya akan membuat kita sadar bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja karena perbuatan manusia, bahwa untuk menyelamatkan bumi dapat dilakukan dengan hal-hal sederhana tapi banyak maknanya. Misalnya, tidak membuang sampah sembarangan, tidak membeli minuman kemasan, memilih berbelanja di pasar tradisional daripada di market yang keberadaannya membunuh perekonomian masyarakat kelas bawah, memberi makan orang yang kelaparan, dan banyak lagi perbuatan positif lainnya yang diterangkan dalam novel ini. Beberapa kutipan dari novel ini dapat kalian baca, tapi ini hanya beberapa, selebihnya saya sarankan agar kalian membaca buku ini. . "Jika kau butuh lebih dari sekedar tafsiran tentang siapa itu Tuhan, teman, dan diri sendiri, pergilah mendaki gunung atau mengheninglah" (hlm. 16). . "Mereka (...