[TENTANG BUKU] Bara; Surat Terakhir Seorang Pengelana
Judul Buku : Bara, Surat Terakhir Seorang Pengelana
Penulis : Febrialdi
Penerbit : Mediakita
.
.
"Sebaik-baiknya seorang petualang adalah petualang yang mengemasi masa lalunya dan bertualang meraih masa depan" (hlm. 121).
.
Bercerita tentang laki-laki bernama Bara. Seorang pegiat alam, petualang, penulis kisah perjalanan, dan juga seorang Relawan. Berasal dari latar belakang keluarga yang berantakan, tersebab ibunya adalah seorang pelacur yang tidak pernah ia temui lagi dan ayahnya yang mendekam di penjara karena menjadi seorang pengedar narkoba. Mau tidak mau, ia harus hidup sendiri tanpa rumah dan kuliah yang tidak pernah ia selesaikan.
.
Selain terbentur di masalah keluarga, Bara juga mengalami kisah cinta yang tragis. Adalah Kirana, perempuan penulis puisi, berambut sebahu yang membuat Bara merasa berarti dalam menjalani hidupnya yang sunyi. Lalu, waktu membawa Kirana pergi dan membuatnya berbaur dengan ganja dan narkotik lainnya. Lama ia terjerumus, bahkan sahabat-sahabat terdekatnya pun hampir menyerah menasehati.
.
Setelah Kirana, Bara dekat dengan Inoy. Perempuan berjilbab, yang juga tetangganya. Bahkan, Inoy salah satu orang yang berhasil mendengar cerita Bara perihal orang tuanya. Dengan Inoy, Bara merasa nyaman. Namun, akibat dendam masa lalu, Inoy juga dibawa pergi oleh sang waktu dari sisi Bara.
.
Siklus berulang, Bara kembali terpuruk. Akhirnya memutuskan bertualang ke manapun kakinya membawanya. Sembari menulis kisah-kisah perjalanannya. Hingga akhirnya ia kembali dipertemukan dengan perempuan bernama Lia, perempuan yang ia selamatkan di Gunung Ciremai. Perempuan yang baginya mirip dengan sosok Kirana.
.
Selain kisah cinta, persahabatan antara Bara dan sahabat-sahabatnya juga menarik dalam Novel ini. Seperti Wilis, sahabatnya sejak ia kecil yang selalu ada di saat terpuruknya. Ada pula Pak Tatang, yang menggantikan sosok bapak dalam hidupnya.
.
Novel ini menarik, hampir di setiap chapter ada foto perjalanan dan sajak. Namun, alur campuran yang menjadi jalur penceritaan dalam novel ini kadang membuat saya bingung. Tidak ada penanda waktu, sehingga penceritaan masa lalu dan masa sekarang sulit dibedakan. Selain itu, ada beberapa kata yang saltik dalam novel ini. Tapi, karena cara penulis dalam bercerita sangat baik, kurasa setiap kekurangan hampir tidak ditemukan.
.
"Kita hanya perlu kembali, sebab hidup tak selalu berarti pergi" (hlm. 163).
.
.
Salam Aksara
Komentar
Posting Komentar