[TENTANG BUKU] Kekal - Jalu Kancana
Judul Buku : Kekal
Penulis : Jalu Kancana
Penerbit : Mojok
.
.
"..dan segalanya tentang uang dan gaya hidup, bukan tentang udara, atau air minum. Bukan tentang segala yang bernyawa, atau tanah yang mereka pijak. Selalu tentang ekonomi, bukan ekologi" (hlm. 120)
.
Cagar alam kita tahu adalah tempat hidup flora dan fauna yang dilindungi, bahkan oleh undang-undang. Namun, adanya kepentingan ekonomi fungsi cagar alam bergeser. Ada pihak-pihak yang leluasa keluar masuk padahal tak seharusnya suatu wilayah yang berstatus Cagar Alam dijamah tangan manusia. Seperti halnya Cagar Alam Kamojang yang di dalamnya terdapat Hutan Ciharus. Orang-orang yang lalu lalang dengan trail, membunuh satwa, dan eksploitasi alam yang terjadi dalam kawasan hutan tersebut yang kemudian menggerakkan orang seperti Alit, Pepep, Nugi, Tama, Kamil dan kawan-kawan mereka lainnya tergerak dalam suatu gerakan Save Ciharus.
.
Alit, sebagai sudut pandang orang pertama dalam cerita ini adalah seorang mahasiswa yang bergabung dengan gerakan Save Ciharus tersebab ingin meneruskan cita-cita sang kakek, menjadi seorang konservasionis. Berawal dari cerita Bapaknya sesaat sebelum wafat, Alit mendengar kisah-kisah perjalanan hidup sang Kakek dalam memperjuangkan lingkungan, memperjuangkan hutan, memperjuangkan alam semesta yang semestinya lestari. Namun, ditengah semangatnya yang berapi-api untuk menjaga Hutan Ciharus dan seluruh Cagar Alam Kamojang, ia dan kawan-kawannya harus kehilangan Nugi. Mati tertembak, oleh para bandit Perusahaan P yang diceritakan sebagai lawan dari Save Ciharus.
.
Tidak hanya Nugi, para bandit itu juga mengincar Alit dan Tama. Ini disebabkan mereka bertiga berhasil mendokumentasikan kegiatan para bandit tersebut saat mengeksploitasi Hutan Ciharus. Apa boleh dikata, Save Ciharus hanya secuil debu di atas sebuah mahkota, mereka memiliki sedikit suara untuk melawan ganasnya Perusahaan P yang berhasil merubah status Cagar Alam Kamojang melalui SK25 yang dikeluarkan oleh Pemerintah menjadi Taman Nasional. Naasnya, SK25 ini tidak pernah disosialisasikan pemerintah kepada khalayak. Dari sinilah, perjuangan Alit di mulai. Dengan susah payah ia meminta izin kepada Pepep, orang yang menggagas Save Ciharus untuk ke Pulau Sumatera. Demi mencari kekuatan kepada kawan-kawan kakeknya, para konservasionis besar di jamannya. Hal ini juga dilakukan Alit agar bisa terbebas dari kejaran para mafia yang membunuh Nugi.
.
Kuliahnya yang belum kelar, kehidupannya di Bandung, dan kekasihnya Renata, rela ia tinggal demi memperjuangkan Ciharus yang sudah mendarah daging dalam semangat juangnya. Dengan bermodal hitchhikie, menumpang dari satu truk ke truk lain, dari satu mobil bak terbuka ke mobil yang lain sampailah ia di Sumatera. Bertemu dengan orang-orang yang juga seperti dirinya, memperjuangkan hak-hak alam dan belajar dari mereka.
.
Novel ini menarik, sebab banyak pengetahuan tentang dunia konservasi yang disajikan. Tentu menambah pemahaman kita, bagaimana seharusnya kita menghargai alam semesta. Bagaimana menjadi seorang pejalan, petualang, pecinta alam yang sesungguhnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini banyak sekali orang yang mengaku sebagai pecinta alam tapi tidak memperlakukan alam sesuai dengan kata 'cinta' yang mereka gaungkan. Hanya kepentingan sebuah foto yang diunggah di sosial media disertai dengan kata-kata bijak perihal alam, mereka rela berjalan berjam-jam, membawa ego tentang seberapa sering pergi mendaki, gunung apa yang telah ditaklukkan dan hal-hal lainnya. Namun, sedikit yang benar-benar berusaha memperjuangkan alam semesta yang seharusnya dilestarikan. Tidak hanya diinjak, lalu ditinggalkan.
.
Tidak hanya Alit dan Pepep saja tokoh yang menarik, tapi juga ada beberapa tokoh lain yang memiliki pemikiran dan dedikasi yang tinggi terhadap alam. Semisal Riski, Anang, Oka, Triyogo dan Hasan. Mereka rela mempertaruhkan nyawa, uang demi gerakan yang mereka lakukan. Belum lagi pertemuan antara Alit dan Kastia yang kemudian menginformasikan kepada saya sebagai pembaca bahwa ternyata selain terjadi penebangan pohon secara liar di hutan-hutan Jambi, ada lagi satu tindak kriminalisasi terhadap hutan yaitu Perdagangan Karbon. Dan sekali lagi, setelah membaca buku ini kembali menguatkan keyakinan saya bahwa Ekonomi dan Ekologi memang dua hal yang tidak pernah bisa bersatu.
.
.
Lestari!
Komentar
Posting Komentar